Menulis sebuah cerpen akan mudah bagi yang ahlinya atau sudah menjadi hobby.tapi bagiku sangatlah sulit,karena aku memang bukan bidangnya di nulis menulis.karena didorong terus oleh seorang
teman.maka dengan terpaksa aku mencoba menulis,karena dia juga nanti yang membantu ngedit hehehhehehe.cerpen itu adalah cerita anak atau dongeng (lha tambah bingung aku).akhirnya aku mencoba membaca buku dongeng dari anak asuhku,kerana dia mempunyai banyak buku cerita anak.dari situ timbul ide.
Akhirnya aku menulis cerita anak itu,yach walaupun tidak masuk kriteria setidaknya aku sudah berusaha.karena bakatku memang bukan didunia tulis.nah ini aku post salah satu dari cerita anak
PUTRI GAGAP
oleh Wanthy
Kesedihan
terdalam seorang raja adalah ketika beliau tidak mempunyai keturunan. Seperti
halnya Baginda Raja negeri dongeng kita ini. Meski sudah lama menikah dengan
permaisuri yang cantik dan baik hati, namun raja yang suka membantu rakyatnya
yang sedang kesusahan ini belum juga mendapat keturunan.
Semua
tabib dan nujum dari penjuru negeri dongeng telah diundang, tapi hasilnya tetap
nihil. Sang permasuri dan baginda raja putus asa.
Di
tengah keputusasaan itu, permaisuri bermimpi. Mimpi yang aneh.
Sang
permaisuri bermimpi didatangi oleh seorang kakek yang memakai jubah putih dan
berjenggot putih yang menyentuh tanah. Si kakek tersebut mengatakan bahwa,
kalau permasuri ingin mempunyai keturunan, maka sang permasuri harus bertapa di
sebuah gua yang letaknya jauh di dalam hutan hutan yang tak pernah terjamah
oleh manusia. Hutan yang ditumbuhi pohon-pohon tinggi dan semak belukar beserta
binatang-binatang buasnya..
Sang
permasuri lantas menceritakan perihal mimpi tersebut kepada sang baginda. Dan
baginda pun mengumpulkan semua orang kepercayaannya untuk mengartikan mimpi
tersebut.
“Patih,
bagaimana ini?" tanya baginda raja kepada patih.
"Ki
Resi, apa artinya mimpi permaisuri?" tanya baginda kepada sesepuh
kerajaan.
“Maaf
baginda raja, kalau menurut hemat saya lelaki tua tersebut adalah leluhur
baginda.Beliau selalu hadir setiap raja dalam masalah besar. Dan sebaiknya
dilaksanakan saja petuah leluhur kita itu, karena memang baginda dan kerajaan
ini memerlukan seorang putra atau putri mahkota,” jawab Ki Resi.
“Tapi,
apa permasuri berani bertapa sendiri disana?” ragu baginda.
"Kita
bisa menjaga permaisuri dari jarak jauh baginda. Saya akan memberikan jimat
kepadanya sebagai penolak bala,” usul Ki Resi.
"Sepertinya
itu jalan keluar yang baik, baginda," kata Patih membenarkan petuah Ki
Resi.
Sejenak
sang baginda raja diam sambil berfikir keras. Karena sang baginda ingin
mempunyai keturunan dan keselamatan permaisuri juga terjamin, maka usul ki Resi
disetujui oleh sang baginda raja.
Maka
sesuai dengan waktu baik yang sudah diperhitungkan, rombongan sang patih dan
sang permasuri menuju hutan. Rombongan berangkat dengan berjalan kaki karena
memang itu adalah salah satu syaratnya.
Rombongan
tersebut terus berjalan menuju tempat yang dimaksudkan. Sesampainya di tempat
yang dituju, patih meninggalkan permaisuri seorang diri supaya bisa bertapa
dengan khusuk. Permaisuri masuk goa seperti yang terlihat di dalam mimpinya. Di
samping goa itu ada danau yang berair jernih.
Matahari
mulai tebenam dan malampun segera datang. Sang permasuri pun lalu mempersiapkan
diri untuk bertapa di dalam gua selama seminggu.Ya, sang permasuri harus bertapa
selama seminggu tanpa makan ataupun minum. sang permaisuri memilih duduk
bersila di atas batu pualam yang berwarna putih dan mulai bertapa.
Hari
pertama telah dilalui disusul dengan hari kedua, ketiga, keempat kelima dan
keenam, mulus tanpa gangguan apapun. Bahkan semut-semut pun menghindar dari
tempat bertapa permaisuri.
Tiba
di hari ketujuh, hari terakhir sang permasuri untuk bertapa, banyak gangguan
yang dialami sang permaisuri. Ada penampakan yang mengerikan, menyeramkan, ada
air yang entah dari mana asalnya tiba-tiba menyiram tubuh permaisuri ada pula
suara-suara tanpa wujud. Namun sang permaisuri tetap kuat demi untuk bisa
mencapai tujuannya. Dan akhirnya sang permasuri berhasil menyelesaikan hari
ketujuh.
Seusai
bertapa, sang permasuri diharuskan mandi di danau yang terletak di samping gua
tersebut. Sang permasuri pun melaksanakannya. Tapi karena tergesa-gesa, permaisuri
melupakan satu hal, mencari batu biru untuk dibawa pulang nantinya. Maka
selesai mandi, rombongan pun segera kembali ke kekerajaan.
Setibanya
di kerajaan, rombongan disambut gembira oleh rakyatnya begitu juga dengan sang baginda
raja yang sudah sangat merindukan sang permasuri. Sang baginda tidak sabar
ingin tahu perjalanan sang permasuri waktu bertapa. Dengan sabar dan telaten
sang permasuri menceritakan kepada sang baginda.
Tepat
3 bulan setelah menjalankan ritual bertapa, sang permasuri tiba-tiba sakit dan
selalu muntah-muntah di pagi hari. Dan itu berlangsung selama beberapa hari.
Baginda khawatir sehingga beliau memanggil tabib.
“Selamat
baginda raja, permasuri telah mengandung,” kata sang tabib setelah memeriksa
permaisuri.
“Benarkah?
Aku akan segera menjadi ayah?” tanya sang baginda sambil menari-nari karena
begitu bahagianya.
“Iya
baginda raja,” jawab tabib.
“Tabib,
tahukah anakku laki-laki atau perempuan?” tanya sang baginda raja.
Sang
tabit memberitahu sang baginda dengan takut-takut, karena takut mengecewakan
baginda.
“Maaf
baginda, permasuri mengandung bayi perempuan,” jawab tabib.
Mendengar
jawaban sang tabib raut muka sang baginda agak berubah. Memang baginda
mengharapkan anak, utamanya anak laki-laki sehingga nanti bisa menggantikannya
menjadi raja di negeri dongeng. Tapi akhirnya sang baginda menerima kenyataan
itu. Yang penting akan mempunyai anak, pikirnya. Laki-laki atau perempuan sama
sajalah.
Waktu
begitu cepat berlalu, tak terasa sudah waktunya sang permasuri melahirkan. Dan
akhirnya sang permasuri melahirkan seorang bayi perempun yang cantik jelita.
Namun
hingga sang putri berusia enam tahun, dia belum juga bisa berbicara dengan
lancar. Tapi walaupun belum bisa
berbicara lancar, sang putri lincah sekali dan lucu. Permasuri sangat
menyayanginya begitu juga dengan sang baginda.
Setelah
10 tahun barulah diketahui kalau sang putri sebenarnya bicaranya gagap. Walaupun
gagap, sang baginda dan sang permaisuri tetap sayang pada sang putri dan tidak
merasa malu sedikitpun mempunyai putri gagap. Kendati begitu banyak kasak-kusuk
yang menamai sang putri dengan panggilan Putri Gagap.
Jauh
di lubuk hati, sebenarnya sang permasuri dan baginda mengharapkan putrinya bisa
berbicara seperti anak-anak yang lain. Maka secara diam-diam sang permaisuri
dan sang baginda mencoba mencari jalan keluar agar sang putri bisa berbicara
normal. Dengan diam-diam, ramuan obat dari tabib dicampurkan ke dalam minuman
putri, namun tak ada hasilnya.
Di
suatu malam ternyata sang permasuri bermimpi ditemui oleh kakek yang dulu
pernah datang di dalam mimpinya. Sang kakek memberitahu kenapa sang putri jadi
gagap. Kata kakek berjenggot putih ini, itu disebabkan oleh lalainya permaisuri
menjalankan urutan ritual bertapanya yaitu mencari batu biru sebelum mandi.
"Kamu
harus mendengarkan perintah dengan seksama dan menjalankannyaa dengan
baik," kata sang Kakek.
Kali
ini, kakek berkata bahwa bila permaisuri dan raja ingin putrinya bisa bicara dengan normal maka sang
putri harus dibawa ke hutan tempat bertapa permaisuri dulu dan mencari batu
biru serta mandi di danau.
Singkat
cerita sang putri pun dibawa dan dimandikan ke danau itu. Dan tak lupa mencari
benda berupa batu berwarna biru terlebih dahulu.
Sungguh
ajaib, setelah sang putri mandi di danau itu, sang putri bisa bicara dengan
normal.
Kini
sang putri tumbuh dewasa cantik mempesona dan mempunyai suara yang merdu. Namun
sang Putri malah ingin dipanggil putri Gagap, entah kenapa.
nah inilah cerita anakku,lumayan buat ngisi blog,heheheheheheheh