Saturday, January 12, 2013

IKUT DGN MAUNYA SENDIRI ATAU DORONGAN TEMAN?

Menulis sebuah cerpen akan mudah bagi yang ahlinya atau sudah menjadi hobby.tapi bagiku sangatlah sulit,karena aku memang bukan bidangnya di nulis menulis.karena didorong terus oleh seorang teman.maka dengan terpaksa aku mencoba menulis,karena dia juga nanti yang membantu ngedit hehehhehehe.cerpen itu adalah cerita anak atau dongeng (lha tambah bingung aku).akhirnya aku mencoba membaca buku dongeng dari anak asuhku,kerana dia mempunyai banyak buku cerita anak.dari situ timbul ide.

Akhirnya aku menulis cerita anak itu,yach walaupun tidak masuk kriteria setidaknya aku sudah berusaha.karena bakatku memang bukan didunia tulis.nah ini aku post salah satu dari cerita anak







PUTRI GAGAP
oleh Wanthy

Kesedihan terdalam seorang raja adalah ketika beliau tidak mempunyai keturunan. Seperti halnya Baginda Raja negeri dongeng kita ini. Meski sudah lama menikah dengan permaisuri yang cantik dan baik hati, namun raja yang suka membantu rakyatnya yang sedang kesusahan ini belum juga mendapat keturunan.
Semua tabib dan nujum dari penjuru negeri dongeng telah diundang, tapi hasilnya tetap nihil. Sang permasuri dan baginda raja putus asa.
Di tengah keputusasaan itu, permaisuri bermimpi. Mimpi yang aneh.
Sang permaisuri bermimpi didatangi oleh seorang kakek yang memakai jubah putih dan berjenggot putih yang menyentuh tanah. Si kakek tersebut mengatakan bahwa, kalau permasuri ingin mempunyai keturunan, maka sang permasuri harus bertapa di sebuah gua yang letaknya jauh di dalam hutan hutan yang tak pernah terjamah oleh manusia. Hutan yang ditumbuhi pohon-pohon tinggi dan semak belukar beserta binatang-binatang buasnya..
Sang permasuri lantas menceritakan perihal mimpi tersebut kepada sang baginda. Dan baginda pun mengumpulkan semua orang kepercayaannya untuk mengartikan mimpi tersebut.
“Patih, bagaimana ini?" tanya baginda raja kepada patih.
"Ki Resi, apa artinya mimpi permaisuri?" tanya baginda kepada sesepuh kerajaan.
“Maaf baginda raja, kalau menurut hemat saya lelaki tua tersebut adalah leluhur baginda.Beliau selalu hadir setiap raja dalam masalah besar. Dan sebaiknya dilaksanakan saja petuah leluhur kita itu, karena memang baginda dan kerajaan ini memerlukan seorang putra atau putri mahkota,” jawab Ki Resi.
“Tapi, apa permasuri berani bertapa sendiri disana?” ragu baginda.
"Kita bisa menjaga permaisuri dari jarak jauh baginda. Saya akan memberikan jimat kepadanya sebagai penolak bala,” usul Ki Resi.
"Sepertinya itu jalan keluar yang baik, baginda," kata Patih membenarkan petuah Ki Resi.
Sejenak sang baginda raja diam sambil berfikir keras. Karena sang baginda ingin mempunyai keturunan dan keselamatan permaisuri juga terjamin, maka usul ki Resi disetujui oleh sang baginda raja.
Maka sesuai dengan waktu baik yang sudah diperhitungkan, rombongan sang patih dan sang permasuri menuju hutan. Rombongan berangkat dengan berjalan kaki karena memang itu adalah salah satu syaratnya.
Rombongan tersebut terus berjalan menuju tempat yang dimaksudkan. Sesampainya di tempat yang dituju, patih meninggalkan permaisuri seorang diri supaya bisa bertapa dengan khusuk. Permaisuri masuk goa seperti yang terlihat di dalam mimpinya. Di samping goa itu ada danau yang berair jernih.
Matahari mulai tebenam dan malampun segera datang. Sang permasuri pun lalu mempersiapkan diri untuk bertapa di dalam gua selama seminggu.Ya, sang permasuri harus bertapa selama seminggu tanpa makan ataupun minum. sang permaisuri memilih duduk bersila di atas batu pualam yang berwarna putih dan mulai bertapa.
Hari pertama telah dilalui disusul dengan hari kedua, ketiga, keempat kelima dan keenam, mulus tanpa gangguan apapun. Bahkan semut-semut pun menghindar dari tempat bertapa permaisuri.
Tiba di hari ketujuh, hari terakhir sang permasuri untuk bertapa, banyak gangguan yang dialami sang permaisuri. Ada penampakan yang mengerikan, menyeramkan, ada air yang entah dari mana asalnya tiba-tiba menyiram tubuh permaisuri ada pula suara-suara tanpa wujud. Namun sang permaisuri tetap kuat demi untuk bisa mencapai tujuannya. Dan akhirnya sang permasuri berhasil menyelesaikan hari ketujuh.
Seusai bertapa, sang permasuri diharuskan mandi di danau yang terletak di samping gua tersebut. Sang permasuri pun melaksanakannya. Tapi karena tergesa-gesa, permaisuri melupakan satu hal, mencari batu biru untuk dibawa pulang nantinya. Maka selesai mandi, rombongan pun segera kembali ke kekerajaan.
Setibanya di kerajaan, rombongan disambut gembira oleh rakyatnya begitu juga dengan sang baginda raja yang sudah sangat merindukan sang permasuri. Sang baginda tidak sabar ingin tahu perjalanan sang permasuri waktu bertapa. Dengan sabar dan telaten sang permasuri menceritakan kepada sang baginda.
Tepat 3 bulan setelah menjalankan ritual bertapa, sang permasuri tiba-tiba sakit dan selalu muntah-muntah di pagi hari. Dan itu berlangsung selama beberapa hari. Baginda khawatir sehingga beliau memanggil tabib.
“Selamat baginda raja, permasuri telah mengandung,” kata sang tabib setelah memeriksa permaisuri.
“Benarkah? Aku akan segera menjadi ayah?” tanya sang baginda sambil menari-nari karena begitu bahagianya.
“Iya baginda raja,” jawab tabib.
“Tabib, tahukah anakku laki-laki atau perempuan?” tanya sang baginda raja.
Sang tabit memberitahu sang baginda dengan takut-takut, karena takut mengecewakan baginda.
“Maaf baginda, permasuri mengandung bayi perempuan,” jawab tabib.
Mendengar jawaban sang tabib raut muka sang baginda agak berubah. Memang baginda mengharapkan anak, utamanya anak laki-laki sehingga nanti bisa menggantikannya menjadi raja di negeri dongeng. Tapi akhirnya sang baginda menerima kenyataan itu. Yang penting akan mempunyai anak, pikirnya. Laki-laki atau perempuan sama sajalah.
Waktu begitu cepat berlalu, tak terasa sudah waktunya sang permasuri melahirkan. Dan akhirnya sang permasuri melahirkan seorang bayi perempun yang cantik jelita.
Namun hingga sang putri berusia enam tahun, dia belum juga bisa berbicara dengan lancar. Tapi  walaupun belum bisa berbicara lancar, sang putri lincah sekali dan lucu. Permasuri sangat menyayanginya begitu juga dengan sang baginda.
Setelah 10 tahun barulah diketahui kalau sang putri sebenarnya bicaranya gagap. Walaupun gagap, sang baginda dan sang permaisuri tetap sayang pada sang putri dan tidak merasa malu sedikitpun mempunyai putri gagap. Kendati begitu banyak kasak-kusuk yang menamai sang putri dengan panggilan Putri Gagap.
Jauh di lubuk hati, sebenarnya sang permasuri dan baginda mengharapkan putrinya bisa berbicara seperti anak-anak yang lain. Maka secara diam-diam sang permaisuri dan sang baginda mencoba mencari jalan keluar agar sang putri bisa berbicara normal. Dengan diam-diam, ramuan obat dari tabib dicampurkan ke dalam minuman putri, namun tak ada hasilnya.
Di suatu malam ternyata sang permasuri bermimpi ditemui oleh kakek yang dulu pernah datang di dalam mimpinya. Sang kakek memberitahu kenapa sang putri jadi gagap. Kata kakek berjenggot putih ini, itu disebabkan oleh lalainya permaisuri menjalankan urutan ritual bertapanya yaitu mencari batu biru sebelum mandi.
"Kamu harus mendengarkan perintah dengan seksama dan menjalankannyaa dengan baik," kata sang Kakek.
Kali ini, kakek berkata bahwa bila permaisuri dan raja ingin  putrinya bisa bicara dengan normal maka sang putri harus dibawa ke hutan tempat bertapa permaisuri dulu dan mencari batu biru serta mandi di danau.
Singkat cerita sang putri pun dibawa dan dimandikan ke danau itu. Dan tak lupa mencari benda berupa batu berwarna biru terlebih dahulu.
Sungguh ajaib, setelah sang putri mandi di danau itu, sang putri bisa bicara dengan normal.
Kini sang putri tumbuh dewasa cantik mempesona dan mempunyai suara yang merdu. Namun sang Putri malah ingin dipanggil putri Gagap, entah kenapa.


nah inilah cerita anakku,lumayan buat ngisi blog,heheheheheheheh



0 comments:

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes