Pertama adalah Hawa Nafsu (nafsu amarah), menuruti semua keinginan dan memenuhinya tanpa pertimbangan akal sehat dan tidak memperhitungkan dampak serta pengaruhnya terhadap kebahagian dan kesengsaraan manusia. Menuruti insting seperti itu berarti menuruti kecenderungan hewani (bahimiyah).
Pertarungan melawan gejolak hawa nafsu adalah perjuangan besar. Pertarungan ini secara terus-menerus berlangsung didalam diri kita. Dan, seringkali nafsu amarah ini mampu menundukkan dan mengendalikan manusia.
Mawiawi dalam sebuah syairnya mengisyaratkan : “ Nafsu tidak ubahnya seperti ular, dia baru diam tatkala telah penuh kesedihan .”
Kedua adalah Dunia, sikap dan pandangan keliru manusia terhadap dunia merupakan salah satu penyimpangan manusia. Menjadikan dunia sebagai tujuan akhir, seraya melalaikan kebahagia abadi dan kehidupan akhirat.
Dunia menipu dan menyibukkan manusia. Jika manusia tenggelam didalam dunia, maka dia tidak ubahnya seperti orang yang menyelam dilautan kehinaan dan kelemahan, dia akan terus menyelam waktu demi waktu hingga akhirnya sampai pada kematian.
Dia tidak ubahnya seperti ulat sutra yang memintai benang disekelilingnya hingga akhirnya mati tercekik. Firman Allah SWT ; “Wahai Manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdaya kamu dan janganlah sekali-kali setan yang pandai menipu memperdaya kamu tentang Allah..” (QS. Fathir [35];5).
Terakhir yang menghalangi manusia dari petunjuk adalah Syetan. Dari sudut pandang Al-qur’an, para setan(iblis dan pengikutnya) adalah entitas nyata yang selalu berusaha menyesatkan dan mendorong manusia kejurang keburukan.
Firman Allah SWT ;”Iblis menjawab ; “karena engkau telah menghukum saya karena tersesat, saya benar-benar akan menghalangi mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan belakang, dari kanan dan kiri, dan engkau tidak mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (QS.Al-A’raf [7];16-17).
Iblis merealisasikan cita-citanya lewat hawa nafsu dan keterperdayaan manusia akan kehidupan dunia semata. Maka siapa yang terlena dengan kehidupan dunia, kita tau dengan siapa dia akan berkumpul nantinya di akhirat. Naudzu billah min zalik.